Daud
bin Yisya adalah salah seorang dari tiga belas bersaudara turunan
ketiga belas dari Nabi Ibrahim a.s. Ia tinggal bermukim di kota
Baitlehem, kota kelahiran Nabi Isa a.s. bersama ayah dan tiga belas
saudaranya.
Daud Dan Raja Thalout
Ketika
raja Thalout raja Bani Isra'il mengerahkan orang supaya memasuki
tentera dan menyusun tentera rakyat untuk berperang melawan bangsa
Palestin, Daud bersama dua orang kakaknya diperintahkan oleh ayahnya
untuk turut berjuang dan menggabungkan diri ke dalam barisan askar
Thalout.
Khusus kepada Daud sebagai anak yang termuda di antara tiga
bersaudara, ayahnya berpesan agar ia berada di barisan belakang dan
tidak boleh turut bertempur. Ia ditugaskan hanya untuk melayani kedua
kakaknya yang harus berada dibarisan depan, membawakan makanan dan
minuman serta keperluan-2 lainnya bagi mereka, di samping ia harus dari
waktu ke waktu memberi lapuran kepada ayahnya tentang jalannya
pertempuran dan keadaan kedua kakaknya di dalam medan perang. Ia
sesekali tidak diizinkan maju ke garis depan dan turut bertempur,
mengingatkan usianya yang masih muda dan belum ada pengalaman berperang
sejak ia dilahirkan.
Akan
tetapi ketika pasukan Thalout dari Bani Isra'il berhadapan muka dengan
pasukan Jalout dari bangsa Palestin, Daud lupa akan pesan ayahnya
tatkala mendengar suara Jalout yang nyaring dengan penuh kesombongan
menentang mengajak berperang, sementara jaguh-jaguh perang Bani Isra'il
berdiam diri sehinggapi rasa takut dan kecil hati. Ia secara spontan
menawarkan diri untuk maju menghadapi Jalout dan terjadilah pertempuran
antara mereka berdua yang berakhir dengan terbunuhnya Jalout sebagaimana
telah diceritakan dalam kisah sebelum ini.
Sebagai
imbalan bagi jasa Daud mengalahkan Jalout maka dijadikan menantu oleh
Thalout dan dikahwinkannya dengan puterinya yang bernama Mikyal, sesuai
dengan janji yang telah diumumkan kepada pasukannya bahwa puterinya akan
dikahwinkan dengan orang yang dapat bertempur melawan Jalout dan
mengalahkannya.
Di
samping ia dipungut sebagai menantu, Daud diangkat pula oleh raja
Thalout sebagai penasihatnya dan orang kepercayaannya. Ia disayang,
disanjung dan dihormati serta disegani bukan sahaja oleh mertuanya
bahkan oleh seluruh rakyat Bani Isra'il yang melihatnya sebagai pahlawan
bangsa yang telah berhasil mengangkat keturunan serta darjat Bani
Isra'il di mata bangsa-2 sekelilingnya.
Suasana
keakraban, saling sayang dan saling cinta yang meliputi hubungan sang
menantu Daud dengan sang mertua Thalout tidak dapat bertahan lama. Pada
akhir waktunya Daud merasa bahwa ada perubahan dalam sikap mertuanya
terhadap dirinya. Muka manis yang biasa ia dapat dari mertuanya berbalik
menjadi muram dan kaku, kata-katanya yang biasa didengar lemah-lembut
berubah menjadi kata-kata yang kasar dan keras. Bertanya ia kepada diri
sendiri gerangan apakah kiranya yang menyebabkan perubahan sikap yang
mendadak itu? Adakah hal-hal yang dilakukan yang dianggap oleh mertuanya
kurang layak, sehingga menjadikan ia marah dan benci kepadanya? Ataukah
mungkin hati mertuanya termakan oleh hasutan dan fitnahan orang yang
sengaja ingin merusakkan suasana harmoni dan damai di dalam rumah
tangganya? Bukankah ia seorang menantu yang setia dan taat kepada
mertuanta yang telah memenuhi tugasnya dalam perang sebaik yang oa
harapkan? dan bukankah ia selalu tetap bersedia mengorbankan jiwa
raganya untuk membela dan mempertahankan kekekalan kerajaan mertuanya?
Daud
tidak mendapat jawapan yang memuaskan atas pertanyaan-2 yang melintasi
fikirannya itu. IA kemudian kembali kepada dirinya sendiri dan berkata
dalam hatinya mungkin apa yang ia lihat sebagai perubahan sikap dan
perlakuan dari mertuannya itu hanya suatu dugaan dan prasangka belaka
dari pihaknya dan kalau pun memang ada maka mungkin disebabkan oleh
urusan-2 dan masalah-2 peribadi dari mertua yang tidak ada
sangkut-pautnya dengan dirinya sebagai menantu. demikianlah dia mencuba
menenangkan hati dan fikirannya yang masyangul yang berfikir selanjutnya
tidak akan mempedulikan dan mengambil kisah tentang sikap dan
tindak-tanduk mertuanya lebih jauh.
Pada
suatu malam gelap yang sunyi senyap, ketika ia berada di tempat tidur
bersam isterinya Mikyal. Daud berkata kepada isterinya: "Wahai Mikyal,
entah benarkah aku atau salah dalam tanggapanku dan apakah khayal dan
dugaan hatiku belaka atau sesuatu kenyataan apa yang aku lihat dalam
sikap ayahmu terhadap diriku? Aku melihat akhir-2 ini ada perubahan
sikap dari ayahmu terhadap diriku. Ia selalu menghadapi aku dengan muka
muram dan kaku tidak seperti biasanya. Kata-katanya kepadaku tidak
selamah lembut seperti dulu. Dari pancaran pandangannya kepadaku aku
melihat tanda-2 antipati dan benci kepadaku. Ia selalu menggelakkan diri
dari duduk bersama aku bercakap-cakap dan berbincang-bincang
sebagaimana dahulu ia lakukan bila ia melihatku berada di sekitarnya."
Mikyal
menjawab seraya menghela nafas panjang dan mengusap air mata yang
terjatuh di atas pipinya: "Wahai Daud aku tidak akan menyembunyikan
sesuatu daripadamu dan sesekali tidak akan merahsiakan hal-hal yang
sepatutnya engkau ketahui. Sesungguhnya sejak ayahku melihat bahawa
keturunanmu makin naik di mata rakyat dan namamu menjadi buah mulut yang
disanjung-sanjung sebagai pahlawan dan penyelamat bangsa, ia merasa iri
hati dan khuatir bila pengaruhmu di kalangan rakyat makin meluas dan
kecintaan mereka kepadamu makin bertambah, hal itu akan dapat melemahkan
kekuasaannya dan bahkan mungkin mengganggu kewibawaan kerajaannya.
Ayahku walau ia seorang mukmin berilmu dan bukan dari keturunan raja
menikmati kehidupan yang mewah, menduduki yang empuk dan merasakan
manisnya berkuasa. Orang mengiakan kata-katanya, melaksanakan segala
perintahnya dan membungkukkan diri jika menghadapinya. Ia khuatir akan
kehilangan itu semua dan kembali ke tanah ladangnya dan usaha ternaknya
di desa. Kerananya ia tidak menyukai orang menonjol yang dihormati dan
disegani rakyat apalagi dipuja-puja dan dianggapnya pahlawan bangsa
seperti engkau. Ia khuatir bahawa engkau kadang-2 dapat merenggut
kedudukan dan mahkotanya dan menjadikan dia terpaksa kembali ke cara
hidupnya yang lama sebagaimana tiap raja meragukan kesetiaan tiap orang
dan berpurba sangka terhadap tindakan-2 orang-2nya bila ia belum
mengerti apa yang dituju dengan tindakan-2 itu."
"Wahai
Daud", Mikyal meneruskan ceritanya, "Aku mendapat tahu bahawa ayahku
sedang memikirkan suatu rencana untuk menyingkirkan engkau dan mengikis
habis pengaruhmu di kalangan rakyat dan walaupun aku masih merayukan
kebenaran berita itu, aku rasa tidak ada salahnya jika engkau dari
sekarang berlaku waspada dan hati-hati terhadap kemungkinan terjadi
hal-hal yang malang bagi dirimu."
Daud
merasa hairan kata-kata isterinya itu lalu ia bertanya kepada dirinya
sendiri dan kepada isterinya: "Mengapa terjadi hal yang sedemikian itu?
Mengapa kesetiaku diragukan oleh ayah mu, padahal aku dengan jujur dan
ikhlas hati berjuang di bawah benderanya, menegakkan kebenaran dan
memerangi kebathilan serta mengusir musuh ayahmu, Thalout telah
kemasukan godaan Iblis yang telah menghilangkan akal sihatnya serta
mengaburkan jalan fikirannya?" Kemudian tertidurlah Daud selesai
mengucapkan kata-kata itu.
Pada
esok harinya Daud terbangun oelh suara seorang pesurh Raja yang
menyampaikan panggilan dan perintah kepadanya untuk segera datang
menghadap.
Berkata
sang raja kepada Daud yang berdiri tegak di hadapannya: "Hai Daud
fikiranku kebelakang ini sgt terganggu oleh sebuah berita yang
menrungsingkan. Aku mendengar bahwa bangsa Kan'aan sedang menyusun
kekuatannya dan mengerahkan rakyatnya untuk datang menyerang dan
menyerbu daerah kita. Engkaulah harapan ku satu-satunya, hai Daud yang
akan dapat menanganu urusan ini maka ambillah pedangmu dan siapkanlah
peralatan perangmu pilihlah orang-orang yang engkau percayai di antara
tenteramu dan pergilah serbu mereka di rumahnya sebelum sebelum mereka
sempat datang kemari. Janganlah engkau kembali dari medan perang kecuali
dengan membawa bendera kemenangan atau dengan jenazahmu dibawa di atas
bahu orang-orangmu."
Thalout
hendak mencapi dua tujuan sekaligus dengan siasatnya ini, ia handak
menghancurkan musuh yang selalu mengancam negerinya dan bersamaan dengan
itu mengusirkan Daud dari atas buminya karena hampir dapat memastikan
kepada dirinya bahwa Daud tidak akan kembali selamat dan pulang hidup
dari medan perang kali ini.
Siasat
yang mengandungi niat jahat dan tipu daya Thalout itu bukan tidak
diketahui oleh Daud. Ia merasa ada udang disebalik batu dalam perintah
Thalout itu kepadanya, namun ia sebagai rakyat yang setia dan anggota
tentera yang berdisiplin ia menerima dan melaksanakan perintah itu
dengan sebaik-baiknya tanpa mempedulikan atau memperhitungkan akibat
yang akan menimpa dirinya.
Dengan
bertawakkal kepada Allah berpasrah diri kepada takdir-Nya dan berbekal
iman dan talwa di dalam hatinya berangkatlah Daud berserta pasukannya
menuju daerah bangsa Kan'aan. Ia tidak luput dari lindungan Allah yang
memang telah menyuratkan dalam takdir-Nya mengutuskan Daud sebagai Nabi
dan Rasul. Maka kembalilah Daud ke kampung halamannya berserta
pasukannya dengan membawa kemenangan gilang-gemilang.
Kedatangan
Daud kembali dengan membawa kemenangan diterima oleh Thalout dengan
senyum dan tanda gembira yang dipaksakan oleh dirinya. Ia berpura-pura
menyambut Daud dengan penghormatan yang besar dan puji-pujian yang
berlebih-lebihan namun dalam dadanya makin menyala-nyala api dendam dan
kebenciannya, apalagi disadarinya bahwa dengan berhasilnya Daud
menggondol kemenangan, pengaruhnya di mata rakyat makin naik dan makin
dicintainyalah ia oleh Bani Isra'il sehingga di mana saja orang
berkumpul tidak lain yang dipercakapkan hanyalah tentang diri Daud,
keberaniannya, kecekapannya memimpin pasukan dan kemahirannya menyusun
strategi dengan sifat-sifat mana ia dapat mengalahkan bangsa Kan'aan dan
membawa kembali ke rumah kemenangan yang menjadi kebanggaan seluruh
bangsa.
Gagallah
siasat Thalout menyingkirkan Daud dengan meminjam tangan orang-orang
Kan'aan. Ia kecewa tidak melihat jenazah Daud diusung oleh orang-orang
nya yang kembali dari medan perang sebagaimana yang ia harapkan dan
ramalkan, tetapi ia melihat Daud dalam keadaan segar-bugar gagah perkasa
berada di hadapan pasukannya menerima alu-aluan rakyat dan
sorak-sorainya tanda cinta kasih sayang mereka kepadanya sebagai
pahlawan bangsa yang tidak terkalahkan.
Thalout
yang dibayang rasa takut akan kehilangan kekuasaan melihat makin
meluasnya pengaruh Daud, terutama sejak kembalinya dari perang dengan
bangsa Kan'aan, berfikir jalan satu-satunya yang akan menyelamatkan dia
dari ancaman Daud ialah membunuhnya secara langsung. Lalu diaturlah
rencana pembunuhannya sedemikian cermatnya sehingga tidak akan menyeret
namanya terbawa-bawa ke dalamnya. Mikyal, isteri Daud yang dapat mencium
rancangan jahat ayahnya itu, segera memberitahu kepada suaminya, agar
ia segera menjauhkan diri dan meninggalkan kota secepat mungkin sebelum
rancangan jahat itu sempat dilaksanakan . Maka keluarlah Daud memenuhi
anjuran isterinya yang setia itu meninggalkan kota diwaktu malam gelap
dengan tiada membawa bekal kecuali iman di dada dan kepercayaan yang
teguh yang akan inayahnya Allah dan rahmat-Nya.
Setelah
berita menghilangnya Daud dari istana Raja diketahui oleh umum,
berbondong-bondonglah menyusul saudara-2nya, murid-2nya dari para
pengikutnya mencari jejaknya untuk menyampaukan kepadanya rasa
setiakawan mereka serta menawarkan bantuan dan pertolongan yang mungkin
diperlukannya.
Mereka
menemui Daud sudah agak jauh dari kota, ia lagi istirahat seraya
merenungkan nasib yang ia alami sebgai akibat dari perbuatan seorang
hamba Allah yang tidak mengenal budi baik sesamanya dan yang selalu
memperturutkan hawa nafsunya sekadar untuk mempertahankan kekuasaan
duniawinya. Hamba Allah itu tidak sedar, fikir Daud bahwa kenikmatan dan
kekuasaan duniawi yang ia miliki adalah pemberian Allah yang
sewaktu-waktu dapat dicabut-Nya kembali daripadanya.
Daud Dinobatkan Sebagai Raja
Raja
Thalout makin lama makin berkurang pengaruhnya dan merosot
kewibawaannya sejak ia ditingglkan oleh Daud dan diketahui oleh rakyat
rancangan jahatnya terhadap orang yang telah berjasa membawa kemenangan
demi kemenangan bagi negara dan bangsanya. Dan sejauh perhargaan rakyat
terhadap Thalout merosot, sejauh itu pula cinta kasih mereka kepada Daud
makin meningkat, sehingga banyak diantara mereka yang lari mengikuti
Daud dan menggabungkan diri ke dalam barisannya, hal mana menjaadikan
Thalout kehilangan akal dan tidak dapat menguasai dirinya. IA lalu
menjalankan siasat tangan besi, menghunus pedang dan membunuh siapa saja
yang ia ragukan kesetiaannya, tidak terkecuali di antara korban-2nya
terdapat para ulama dan para pemuka rakyat.
Thalout
yang mengetahui bahawa Daud yang merupakan satu-satunya saingan baginya
masih hidup yang mungkin sekali akan menuntut balas atas pengkhianatan
dan rancangan jahatnya, merasakan tidak dapat tidur nyenyak dan hidup
tebteram di istananya sebelum ia melihatnya mati terbunuh. Kerananya ia
mengambil keputusan untuk mengejar Daud di mana pun ia berada, dengan
sisa pasukan tenteranya yang sudah goyah disiplinnya dan kesetiaannya
kepada Istana. Ia fikir harus cepat-2 membinasakan Daud dan para
pengikutnya sebelum mereka menjadi kuat dan bertambah banyak
pengikutnya.
Daud
bersert para pengikutnya pergi bersembunyi di sebuah tempat
persembunyian tatkala mendengar bahwa Thalout dengan askarnya sedang
mengejarnya dan sedang berada Tidak jauh dari tempat persembunyiannya.
Ia menyuruh beberapa orang drp para pengikutnya untuk melihat dan
mengamat-amati kedudukan Thalout yang sudah berada dekat dari tempat
mereka bersembunyi. Mereka kembali memberitahukan kepada Daud bahawa
Thalout dan askarnya sudah berada di sebuah lembah dekat dengan tempat
mereka dan sedang tertidur semuanya dengan nyenyak. Mereka berseru
kepada Daud jangan menyia-nyiakan kesempatan yang baik ini untuk memberi
pukulan yang memastikan kepada Thalout dan askarnya. Anjuran mereka
ditolak oleh Daud dan ia buat sementara merasa cukup sebagai peringatan
pertama bagi Thalout menggunting saja sudut bajunya selagi ia nyenyak
dalam tidurnya.
Setelah
Thalout terbangun dari tidurnya, dihampirilah ia oleh Daud yang seraya
menunjukkan potongan yang digunting dari sudut bajunya berkatalah ia
kepadanya: "Lihatlah pakaian bajumu yang telah aku gunting sewaktu
engkau tidur nyenyak. Sekiranya aku mahu nescaya aku dengan mudah telah
membunuhmu dan menceraikan kepalamu dari tubuhmu, namun aku masih ingin
memberi kesempatan kepadamu untuk bertaubat dan ingat kepada Tuhan serta
membersihkan hati dan fikiranmu dari sifat-sifat dengki, hasut dan
buruk sangka yang engkau jadikan dalih untuk membunuh orang sesuka
hatimu."
Thalout
tidak dapat menyembunyikan rasa terkejutnya bercampur malu yang nampak
jelas pada wajahnya yang pucat. Ia berkata menjawab Daud:
"Sungguh engkau adalah lebih adil dan lebih baik hati daripadaku. Engkau
benar-benar telah menunjukkan jiwa besar dan perangai yang luhur. Aku
harus mengakui hal itu."
Peringatan
yang diberikan oleh Daud belum dapat menyedarkan Thalout. Hasratnya
yang keras untuk mempertahankan kedudukannya yang sudah lapuk itu
menjadikan ia lupa peringatan yang ia terima dari Daud tatkala digunting
sudut bajunya. Ia tetap melihat Daud sebagai musuh yang akan
menghancurkan kerajaannya dan mengambil alih mahkotanya. Ia merasa belum
aman selama masih hidup dikelilingi oleh para pengikutnya yang makin
lama makin membesar bilangannya. Ia enggan menarik pengajaran dan
peristiwa perguntingan bajunya dan mencuba sekali lagi membawa askarnya
mengejar dan mencari Daud untuk menangkapnya hidup atau mati.
Sampailah
berita pengejaran Thalout ke telinga Daud buat kali keduanya, maka
dikirimlah pengintai oleh Daud untuk mengetahui dimana tempat askar
Thalout berkhemah. Di ketemukan sekali lagi mereka sedang berada
disebuah bukit tertidur dengan nyenyaknya karena payah kecapaian. Dengan
melangkah beberapa anggota pasukan yang lagi tidur, sampailah Daud di
tempat Thalout yang lagi mendengkur dalam tidurnya, diambilnyalah anak
panah yang tertancap di sebelah kanan kepala Thalout berserta sebuah
kendi air yang terletak disebelah kirinya. Kemudian dari atas bukit
berserulah Daud sekeras suaranya kepada anggota pasukan Thalout agar
mereka bangun ari tidurnya dan menjaga baik-baik keselamatan rajanya
yang nyaris terbunuh karena kecuaian mereka. Ia mengundang salah seorang
dari anggota pasukan untuk datang mengambil kembali anak panah dan
kendi air kepunyaan raja yang telah dicuri dari sisinya tanpa seorang
pun dari mereka yang mengetahuinya.
Tindakan Daud
itu yang dimaksudkan sebagai peringatan kali kedua kepada Thalout bahwa
pasukan pengawal yang besar yang mengelilinginya tidak akan dapat
menyelamatkan nyawanya bila Allah menghendaki merenggutnya. Daud memberi
dua kali peringatan kepada Thalout bukan dengan kata-kata tetapi dengan
perbuatan yang nyata yang menjadikan ia merasa ngeri membayangkan
kesudahan hayatnya andaikan Daud menuntut balas atas apa yang ia telah
lakukan dan rancangkan untuk pembunuhannya.
Jiwa bsar yang telah ditunjukkan oleh daud dalam kedua peristiwa itu telah sangat berkesan dalam lubuk hati Thalout.
Ia
terbangun dari lamunannya dan sedar bahawa ia telah jauh tersesat dalam
sikapnya terhadap Daud. Ia sedar bahawa nafsu angkara murka dan bisikan
iblislah yang mendorongkan dia merancangkan pembunuhan atas diri Daud
yang tidak berdosa, yang setia kepada kerajaannya, yang berkali-kali
mempertaruhkan jiwanya untuk kepentingan bangsa dan negerinya, tidak
pernah berbuat kianat atau melalaikan tugas dan kewajibannya. Ia sedar
bahawa ia telah berbuat dosa besar dengan pembunuhan yang telah
dilakukan atas beberapa pemuka agama hanya kerana purba sangka yang
tidak berdasar.
Thalout
duduk seorang diri termenung membalik-balik lembaran sejarah hidupnya,
sejak berada di desa bersama ayahnya, kemudian tanpa diduga dan
disangka, berkat rahmat dan kurnia Allah diangkatlah ia menjadi raja
Bani Isra'il dan bagaimana Tuhan telah mengutskan Daud untuk
mendampinginya dan menjadi pembantunya yang setia dan komandan
pasukannya yang gagah perkasa yang sepatutnya atas jasa-jasanya itu ia
mendapat penghargaan yang setinggi-tingginya dan bukan sebagaimana ia
telah lakukan yang telah merancangkan pembunuhannya dan
mengejar-gejarnya setelah ia melarikan diri dari istana. Dan walaupun ia
telah mengkhianati Daud dengan rancangan jahatnya, Daud masih berkenan
memberi ampun kepadanya dalam dua kesempatan di mana ia dengan mudah
membunuhnya andaikan dia mahu.
Membayangkan
peristiwa-2 itu semunya menjadi sesaklah dada Thalout menyesalkan diri
yang telah terjerumus oleh hawa nafsu dan godaan Iblis sehingga ia
menyia-nyiakan kurnia dan rahmat Allah dengan tindakan-tindakan yang
bahkan membawa dosa dan murka Allah. Maka untuk menebuskan dosa-dosanya
dan bertaubat kepada Allah, Thalout akhirnya mengambil keputusan keluar
dari kota melepaskan mahkotanya dan meninggalkan istananya berserta
segala kebesaran dan kemegahannya lalu pergilah ia berkelana dan
mengembara di atas bumi Allah sampai tiba saatnya ia mendapat panggilan
meninggalkan dunia yang fana ini menuju alam yang baka.
Syahdan,
setelah istana kerajaan Bani Isra'il ditinggalkan oleh Thalout yang
pergi tanpa meninggalkan bekas, beramai-ramailah rakyat mengangkat dan
menobatkan Daud sebagai raja yang berkuasa.
Nabi Daud mendapat Godaan
Daud
dapat menangani urusan pemerintahan dan kerajaan, mengadakan peraturan
dan menentukan bagi dirinya hari-hari khusus untuk melakukan ibadah dan
bermunajat kepada Allah, hari-hari untuk peradilan, hari-hari untuk
berdakwah dan memberi penerangan kepada rakyat dan hari-hari
menyelesaikan urusan-urusan peribadinya.
Pada
hari-hari yang ditentukan untuk beribadah dan menguruskan urusan-2
peribada, ia tidak diperkenankan seorang pun menemuinya dan mengganggu
dalam khalawatnya, sedang pada hari-hari yang ditentukan untuk peradilan
maka ia menyiapkan diri untuk menerima segala lapuran dan keluhan yang
dikemukan oleh rakyatnya serta menyelesaikan segala pertikaian dan
perkelahian yang terjadi diantara sesama mereka. Peraturan itu diikuti
secara teliti dan diterapkan secara ketat oleh para pengawal dan petugas
keamanan istana.
Pada
suatu hari di mana ia harus menutup diri untuk beribadah dan berkhalwat
datanglah dua orang lelaki meminta izin dari para pengawal untuk masuk
bagi menemui raja. Izin tidak diberikan oleh para pengawal sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, namun lelaki itu memaksa kehendaknya dan
melalui pagar yang dipanjat sampailah mereka ke dalam istana dan bertemu
muka dengan Daud.
Daud
yang sedang melakukan ibadahnya terperanjat melihat kedua lelaki itu
sudah berada di depannya, padahal ia yakin para penjaga pintu istana
tidak akan dapat melepaskan siapa pun masuk istana menemuinya.
Berkatalah kedua tamu yang tidak diundang itu ketika melihat wajah Daud
menjadi pucat tanda takut dan terkejut: "Janganlah terkejut dan
janganlah takut. Kami berdua datang kemari untuk meminta keputusan yang
adil dan benar mengenai perkara sengketa yang terjadi antara kami
berdua."
Nabi
Daud tidak dapat berbuat selain daripada menerima mereka yang sudah
berada didepannya, kendatipun tidak melalui prosedur dan protokol yang
sepatutnya. Berkatalah ia kepada mereka setelah pulih kembali
ketenangannya dan hilang rasa paniknya: "Cubalah bentangkan kepadaku
persoalanmu dalam keadaan yang sebenarnya." Berkata seorh daripada kedua
lelaki itu: "Saudaraku ini memilki sembilan puluh sembilan ekor domba
betina dan aku hanya memilki seekor sahaja. Ia menuntut dan mendesakkan
kepadaku agar aku serahkan kepadanya dombaku yang seekor itu bagi
melengkapi perternakannya menjadi genap seratus ekor. Ia membawa
macam-macam alasan dan berbagai dalil yang sangat sukar bagiku untuk
menolaknya, mengingatkan bahawa ia memang lebih cekap berdebat dan lebih
pandai bertikam lidah daripadaku."
Nabi
Daud berpaling muka kepada lelaki yang lain yang sedang seraya
bertanya: "Benarkah apa yang telah diuraikan oleh saudara kamu ini?"
"Benar" ,jawab lelaki itu.
"Jika
memang demikian halnya", kata Daud, dengan marah "maka engkau telah
berbuat zalim kepada saudaramu ini dan memperkosakan hak miliknya dengan
tuntutanmu itu. Aku tidak akan membiarkan engkau melanjutkan tindakanmu
yang zalim itu atau engkau akan menghadapi hukuman pukulan pada wajah
dan hidungmu. Dan memang banyak di antara orang-orang yang berserikat
itu yang berbuat zalim satu terhadap yang lain kecuali mereka yang benar
beriman dan beramal soleh."
"Wahai
Daud", berkata lelaki itu menjawab, "sebenarnya engkaulah yang sepatut
menerima hukuman yang engkau ancamkan kepadaku itu. Bukankah engkau
sudah mempunyai sembilan puluh sembilan perempuan mengapa engkau masih
menyunting lagi seorang gadis yang sudah lama bertunang dengan seorang
pemuda anggota tenteramu sendiri yang setia dan bakti dan sudah lama
mereka berdua saling cinta dan mengikat janji."
Nabi
Daud tercengang mendengar jawapan lelaki yang berani, tegas dan pedas
itu dan sekali lagi ia memikirkan ke mana sasaran dan tujuan kata-kata
itu, sekonyong-konyong lenyaplah menghilang dari pandangannya kedua
susuk tubuh kedua lelaki itu. Nabi Daud berdiam diri tidak mengubah
sikap duduknya dan seraya termenung sedarlah ia bahawa kedua lelaki itu
adalah malaikat yang diutuskan oleh Allah untuk memberi peringatan dan
teguran kepadanya. Ia seraya bersujud memohon ampun dan maghfirah dari
Tuhan atas segala tindakan dan perbuatan yang tidak diredhai oleh-Nya.
Allah menyatakan menerima taubat Daud, mengampuni dosanya serta
mengangkatnya ke tingkat para nabi dan rasul-Nya.
Adapun
gadis yang dimaksudkan dalam percakapan Daud dengan kedua malaikat yang
menyerupai sebagai manusia itu ialah "Sabigh binti Sya'igh seorang
gadis yang berparas elok dan cantik, sedang calon suaminya adalah "Uria
bin Hannan" seorang pemuda jejaka yang sudah lama menaruh cinta dan
mengikat janji dengan gadis tersebut bahwa sekembalinya dari medan
perang mereka berdua akan melangsungkan perkhawinan dan hidup sebagai
suami isteri yang bahagia. Pemuda itu telah secara rasmi meminang Sabigh
dari kedua orang tuanya, yang dengan senang hati telah menerima baik
uluran tangan pemuda itu.
Akan
tetapi apa yang hendak dikatakan sewaktu Uria bin Hannan berada di
negeri orang melaksanakan perintah Daud berjihad untuk menegakkan
kalimah Allah, terjadilah sesuatu yang menghancurkan rancangan syahdunya
itu dn menjadilah cita-citanya untuk beristerikan Sabigh gadis yang
diidam-idamkan itu, seakan-akan impian atau fatamorangana belaka.
Pada
suatu hari di mana Uria masih berada jauh di negeri orang melaksanakan
perintah Allah untuk berjihad, tertangkaplah paras Sabigh yang ayu itu
oleh kedua belah mata Daud dan dari pandangan pertama itu timbullah rasa
cinta di dalam hati Daud kepada sang gadis itu, yang secara sah adalah
tunangan dari salah seorang anggota tenteranya yang setia dan cekap.
Daud tidak perlu berfikir lama untuk menyatakan rasa hatinya terhadap
gadis yang cantik itu dan segera mendatangi kedua orang tuanya meminang
gadis tersebut.
Gerangan
orang tua siapakah yang akan berfikir akan menolak uluran tangan
seorang seperti Daud untuk menjadi anak menantunya. Bukankah merupakan
suatu kemuliaan yang besar baginya untuk menjadi ayah mertua dari Daud
seorang pesuruh Allah dan raja Bani Isra'il itu. Dan walaupun Sabigh
telah diminta oleh Uria namin Uria sudah lama meninggalkan tunangannya
dan tidak dapat dipastikan bahwa ia akan cepat kembali atau berada dalam
keadaan hidup. Tidak bijaksanalah fikir kedua orang tua Sabigh untuk
menolak uluran tangan Daud hanya semata-mata karena menantikan
kedatangan Uria kembali dari medan perang. Maka diterimalah permintaan
Daud dan kepadanya diserahkanlah Sabigh untuk menjadi isterinya yang
sah.
Demikianlah
kisah perkhawinan Daud dan Sabigh yang menurut para ahli tafsir menjadi
sasaran kritik dan teguran Allah melalui kedua malaikat yang merupai
sebagai dua lelaki yang datang kepada Nabi Daud memohon penyelesaian
tentang sengketa mereka perihal domba betina mereka.
Hari Sabtunya Bani Isra'il
Di
antara ajaran-2 Nabi Musa a.s. kepada Bani Isra'il ialah bahawa mereka
mewajibkan untuk mengkhususkan satu hari pada tiap minggu bagi melakukan
ibadah kepada Allah mensucikan hati dan fikiran mereka dengan berzikir,
bertahmid dan bersyukur atas segala kurnia dan nikmat Tuhan, bersolat
dan melakukan perbuatan-2 yang baik serta amal-2 soleh. Diharamkan bagi
mereka pada hari yang ditentukan itu untuk berdagang dan melaksanakan
hal-hal yang bersifat duniawi.
Pada
mulanya hari Jumaatlah yang ditunjuk sebagai hari keramat dan hari
ibadah itu, alan tetapi mereka meminta dari Nabi Musa agar hari ibadah
itu dijatuhkan pada setiap hari Sabtu, mengingatkan bahwa pada hari itu
Allah selesai menciptakan makhluk-Nya. Usul perubahan yang mereka ajukan
itu diterima oleh Nabi Musa, maka sejak itu, hari Sabtu pada setiap
minggu daijadikan hari mulia dan suci, di mana mereka tidak melakukan
perdagangan dan mengusahakan urusan-2 duniawi. Mereka hanya tekun
beribadah dan ebrbuat amal-amal kebajikan yang diperintahkan oleh agama.
Demikianlah hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun berganti
tahun namun adat kebiasaan mensucikan hari Sabtu tetap dipertahankan
turun temurun dan generasi demi generasi.
Pada
masa Nabi Daud berkuasa di suatu desa bernama "Ailat" satu diantara
beberapa desa yang terletak di tepi Laut Merah bermukim sekelompok kaum
dari keturunan Bani Isra'il yang sumber percariannya adalah dari
penangkapan ikan, perdagangan dan pertukangan yang dilakukannya setiap
hari kecuali hari Sabtu.
Sebagai
akibat dari perintah mensucikan hari Sabtu di mana tiada seorang
malakukan urusan dagangan atau penangkapan ikan, maka pasar-pasar dan
tempat-2 perniagaan di desa itu menjadi sunyi senyap pada tiap hari dan
malam sabtu, sehingga ikan-2 di laut tampak terapung-apung di atas
permukaan air, bebas berpesta ria mengelilingi dua buah batu besar
berwarna putih terletak ditepi laut dekat desa Ailat.Ikan-ikan itu
seolah-olah sudah terbiasa bahwa pada tiap malam dan hari Sabtu terasa
aman bermunculan di atas permukaan air tanpa mendapat gangguan dari para
nelayan tetapi begitu matahari terbenam pada Sabtu senja menghilanglah
ikan-ikan itu kembali ke perut dan dasar laut sesuai dengan naluri yang
dimiliki oleh tiap binatang makhluk Allah.
Para
nelayan desa Ailat yang pd hari-hari biasa tidak pernah melihat ikan
begitu banyak terapung-apung di atas permukaan air, bahkan sukar
mendapat menangkap ikan sebanyak yang diharapkan, menganggap adalah
kesempatan yang baik dan menguntungkan sekali bila mereka melakukan
penangkapan ikan pada tiap malam dan hari Sabtu. Fikiran itu tidak
disia-siakan dan tanpa menghiraukan perintah agama dan adat kebiasaan
yang sudah berlaku sejak Nabi Musa memerintahkannya, pergilah mereka
ramai-ramai ke pantai menangkap ikan di malam dan hari yang terlarang
itu, sehingga berhasillah mereka menangkap ikan sepuas hati mereka dan
sebanyak yang mereka harapkan, Berbeda jauh dengan hasil mereka di
hari-hari biasa.
Para
penganut yang setia dan para mukmin yang soleh datang menegur para
orang fasiq yang telah berani melanggar kesucian hari Sabtu. Mereka
diberi nasihat dan peringatan agar menghentikan perbuatan mungkar mereka
dan kembali mentaati perintah agama serta menjauhkan diri dari semua
larangannya, supay menghindari murka Allah yang dapat mencabut kurnia
dan nikmat yang telah diberikan kepada mereka.
Nasihat
dan peringatan para mukmin itu tidak dihiraukan oleh para nelayan yang
membangkang itu bahkan mereka makin giat melakukan pelanggaran secara
demonstratif karena sayang akan kehilangan keuntungan material yang
besar yang mereka perolrh dan penangkapan ikan di hari-hari yang suci.
Akhirnya pemuka-pemuka agama terpaksa mengasingkan mereka dari pergaulan
dan melarangnya masuk ke dalam kota dengan menggunakan senjata kalau
perlu.
Berkata
para nelayan pembangkang itu memprotes: "sesungguhnya kota Ailat adalah
kota dan tempat tinggal kami bersama kami mempunyai hak yang sama
seperti kamu untuk tinggal menetap di sini dan sesekali kamu tidak
berhak melarang kami memasuki kota kami ini serta melarang kami menggali
sumber-2 kekayaan yang terdapat di sini bagi kepentingan hidup kami.
Kami tidak akan meninggalkan kota kami ini dan pergi pindah ke tempat
lain. Dan jika engkau enggan bergaul dengan kami maka sebaiknya kota
Ailat ini di bagi menjadi dua bahagian dipisah oleh sebuah tembok
pemisah, sehingga masing-2 pihak bebas berbuat dan melaksanakan usahanya
tanpa diganggu oleh mana-mana pihak lain."
Dengan
adanya garis pemisah antara para nelayan pembangkang yang fasiq dan
pemeluk-pemeluk agama yang taat bebaslah mereka melaksanakan usaha
penangkapan ikan semahu hatinya secara besar-besaran pada tiap-tiap hari
tanpa berkecuali.
Mereka
membina saluran-2 air bagi mengalirkan air laut ke dekat rumah-2 mereka
dengan mengadakan bendungan-2 yang mencegahkan kembalinya ikan-2 le
laut bila matahari terbenam pada setiap petang Sabtu pada waktu mana
biasanya ikan-2 yang terapung-apung itu meluncur kembali ke dasar laut.
Para
nelayan yang makin manjadi kaya karena keuntungan besar yang meeka
peroleh dari hasil penangkapan ikan yang bebas menjadi makin berani
melakukan maksiat dan pelanggaran perintah-2 agama yang menjurus kepada
kerusakkan akhlak dan moral mereka.
Sementara
para pemuka agama yang melihat para nelayan itu makin berani melanggar
perintah Allah dan melakukan kemungkaran dan kemaksiatan di daerah
mereka sendiri masih rajin mendatangi mereka dari masa ke semasa
memperingatkan mereka dan memberi nasihat , kalau-2 masih dapat ditarik
ke jalan yang benar dan bertaubat dari perbuatan maksiat mereka. Akan
tetapi kekayaan yang mereka peroleh dari hasil penangkapan yang berganda
menjadikan mata mereka buta untuk melihta cahaya kebenaran, telinga
mereka pekak untuk mendengar nasihat-2 para pemuka agama dan lubuk hati
mereka tersumbat oleh nafsu kemaksiatan dan kefasiqan, sehingga
menjadikan sebahagian dari pemuka dan penganjur agaam itu berputus asa
dan berkata kepada sebahagian yang masih menaruh harapan: "Mengapa kamu
masih menasihati orang-orang yang akan dibinasakan oleh Allah dan akan
ditimpahi hati orang-orang yang akan dibinasakan oleh Allah dan akan
ditimpahi azab yang sangat keras."
Demikianlah
pula Nabi Daud setelah melihat bahawa segala nasihat dan peringatan
kepada kaumnya hanya dianggap sebagai angin lalu atau seakan suara di
padang pasir belaka dan melihat tiada harapan lagi bahwa mereka akan
sedar dan insaf kembali maka berdoalah beliau memohon kepada Allah agar
menggajar mereka dengan seksaan dan azab yang setimpal.
Doa
Nabi Daud dikabulkan oleh Allah dan terjadilah suatu gempa bumi yang
dahsyat yang membinasakan orang-orang yang telah membangkang dan berlaku
zalim terhadap diri mereka sendiri dengan mengabaikan perintah Allah
dan perintah para hamba-Nya yang soleh. Sementara mereka yang mukmin dan
soleh mendapat perlindungan Allah dan terhindarlah dari malapetaka yang
melanda itu.
Beberapa Kurniaan Allah Kepada Nabi Daud
Allah
mengutusnya sebagai nabi dan rasul mengurniainya nikmah, kesempurnaan
ilmu, ketelitian amal perbuatan serta kebijaksanaan dalam menyelesaikan
perselisihan.
Kepadanya
diturunkan kitab "Zabur", kitab suci yang menghimpunkan qasidah-2 da
sajak-2 serta lagu-2 yang mengandungi tasbih dan pujian-pujian kepada
Allah, kisah umat-2 yang dahulu dan berita nabi-nabi yang akan datang,
di antaranya berita tentang datangnya Nabi Muhammad s.a.w.
Allah menundukkan gunung-2 dan memerintahkannya bertasbih mengikuti tasbih Nabi Daud tiap pagi dan senja.
Burung-2 pun turut bertasbih mengikuti tasbih Nabi Daud berulang-ulang.
Nabi Daud diberi peringatan tentang maksud suara atau bahasa burung-2.
Allah
telah memberinya kekuatan melunakkan besi, sehingga ia dapat membuat
baju-baju dan lingkaran-2 besi dengan tangannya tanpa pertolongan api.
Nabi
Daud telah diberikannya kesempatan menjadi raja memimpin kerajaan yang
kuat yang tidak dapat dikalahkan oleh musuh, bahkan sebaliknya ia selalu
memperolehi kemenangan di atas semua musuhnya.
Nabi
Daud dikurniakan suara yang merdu oleh Allah yang enak didengar
sehingga kini ia menjadi kiasan bila seseorang bersuara merdu dikatakan
bahawa ia memperolehi suara Nabi Daud.
Kisah
Nabi Daud dan kisah Sabtunya Bani Isra'il terdapat dalam Al-Quran surah
"Saba'" ayat 11, surah "An-Nisa'" ayat 163, surah "Al-Isra'" ayat 55,
surah "Shaad" ayat 17 sehingga ayat 26 dan surah "Al-'Aaraaf" ayat 163
sehingga ayat 165.
Beberapa Pelajaran Dari Kisah Nabi Daud A.S
Allah
telah memberikan contoh bahwa seseorang yang bagaimana pun besar dan
perkasanya yang hanya menyandarkan diri kepada kekuatan jasmaninya dapat
dikalahkan oleh orang yang lebih lemah dengan hanya sesuatu benda yang
tidak bererti sebagaimana Daud yang muda usia dan lemah fizikal
mengalahkan Jalout yang perkasa itu dengan bersenjatakan batu sahaja.
Seorang
yang lemah dan miskin tidak patut berputus asa mencari hasil dan
memperoleh kejayaan dalam usaha dan perjuangannya selama ia bersandarkan
kepada takwa dan iman kepada Allah yang akan melindunginya.
Kemenangan
Daud atas Jalout tidak menjadikan dia berlaku sombong dan takabbur,
bahkan sebaliknya ia bersikap rendah hati dan lemah-lembut terhadap
kawan maupun lawan
Demikanlah kisah Nabi Daud AS semoga bermanfaat.
Demikanlah kisah Nabi Daud AS semoga bermanfaat.
Sumber: http://www.berryhs.com/2011/02/17-nabi-daud-as.html#
0 komentar:
Posting Komentar