Kitab Allāh (Arab: كتاب الله, Kitabullāh) adalah catatan-catatan yang difirmankan oleh Allah kepada para nabi dan rasul. Umat Islam diwajibkan meyakininya, karena mempercayai kitab-kitab selain Al Qur'an sesuai dengan salah satu Rukun Iman. Jumlah kitab yang telah diturunkan sebanyak 104 kitab suci.[1]
Tulisan-tulisan firman Allah (Kitab Allah) zaman dahulu dibuat menjadi 2 jenis, yaitu bisa berupa shuhuf dan mushaf. Kata Suhuf pula terdapat di surah al A'laa
“ | (yaitu) Kitab-kitab Ibrahim dan Musa. | ” |
—(al A'laa 87:19)
|
Kedua kalimat itu berasal dari akar kalimat yang sama yaitu, "sahafa" (menulis). Shuhuf (Arab:صحيفة tunggal: sahifa) berarti sepenggal kalimat yang ditulis dalam material seperti kertas, kulit, papirus dan media lain. Sedangkan mushaf (Arab:مصحف jamak: masahif) berarti kumpulan-kumpulan shuhuf, yang dibundel menjadi satu, seperti 2 sampul dalam satu isi.[2]
Dalam sejarah penulisan dari teks Qur'an, suhuf terdiri dari beberapa lembaran yang pada akhirnya Qur'an dikumpulkan pada masa Abu Bakar.
Dalam suhuf tersebut susunan tiap ayat di dalam surah telah tepat,
tetapi lembaran-lembaran yang ada belumlah tersusun dengan rapi, tidak
dibundel menjadi satu isi.
Kalimat mushaf pada saat ini memiliki arti lembaran-lembaran yang dikumpulkan di dalam Qur'an yang telah dikoleksikan pada masa Utsman bin Affan.
Pada saat itu, tiap ayat di dalam surah telah disusun dengan rapi. Saat
ini umat Islam juga menyebut setiap duplikat Qur'an, yang mana memiliki
keteraturan tiap ayat dan surah disebut mushaf.
Shuhuf
Beberapa nabi yang dikatakan memiliki shuhuf adalah:
- Adam - 10 shuhuf
- Syits - 60 shuhuf, (pendapat lain mengatakan 50 shuhuf)[1]
- Khanukh - 30 shuhuf
- Ibrahim - 30 shuhuf (10 shuhuf)[1]
- Musa - 10 shuhuf
Untuk shuhuf Ibrahim dan Musa tercantum di dalam firman Tuhan, surah Al A'la dan An Najm, yang berbunyi;
“ | Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang. Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) Kitab-kitab Ibrahim dan Musa. | ” |
—(Al A’la : 14-19)
|
“ | Ataukah belum diberitakan kepadanya apa yang ada dalam lembaran-lembaran Musa? dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji? | ” |
—(An Najm : 36-37)
|
Mushaf
Beberapa suhuf yang telah dicatat dari firman Allah kemudian
dijadikan satu yang memiliki nama bermacam-macam, yang telah diberikan
kepada para rasul-Nya. Di antaranya adalah:
Taurat (Torah)
Taurat adalah tulisan berbahasa Ibrani,
berisikan syariat (hukum) dan kepercayaan yang benar dan diturunkan
melalui Musa. Isi pokok Taurat adalah 10 firman Allah bagi bangsa Israel. Selain itu, Taurat berisikan tentang sejarah nabi-nabi terdahulu hingga Musa dan kumpulan hukum.
“ | (Tuhan Allah) telah menurunkan kitab kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang terdahulu dari padanya, lagi menurunkan Taurat dan Injil. | ” |
—(Ali Imran: 3)
|
Zabur (Mazmur)
Zabur berisi mazmur (nyanyian pujian bagi Allah) yang dibawakan melalui Daud yang berbahasa Qibti. Kitab ini tidak mengandung syariat, karena Daud diperintahkan untuk meneruskan syariat yang telah dibawa oleh Musa.
“ | Dan kami telah memberi kitab zabur kepada Nabi Dawud. | ” |
—(An-Nisa; 163)
|
Injil
Injil pertama kali ditulis menggunakan bahasa Suryani melalui murid-murid Isa untuk bangsa Israel sebagai penggenap ajaran Musa. Kata Injil sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu euangelion yang berarti "kabar gembira". Injil-injil tidak mempunyai pembahasan sistematis mengenai satu tema atau tema-tema tertentu,[3] meskipun di dalamnya banyak membahas hal kerajaan Surga. Injil yang ada saat ini mengandung firman Allah dan riwayat Isa, yang semuanya ditulis oleh generasi setelah Isa.
“ | Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi nabi Bani Israil) dengan 'Isa putera Maryam, membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang di dalamnya (ada) petunjuk dan dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa. | ” |
—(Al-Maa`idah 5:46)
|
Al-Qur`an
Al-Qur`an merupakan kumpulan firman yang diberikan Allah sebagai satu
kesatuan kitab sebagai pedoman hidup bagi seluruh umat muslim. Menurut
syariat Islam, kitab ini dinyatakan sebagai kitab yang tidak ada
keraguan di dalamnya, selalu terjaga dari kesalahan, dan merupakan
tuntunan membentuk ketaqwaan manusia.
“ | Pada bulan Ramadan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia. | ” |
—(Al-Baqarah: 185)
|
Tampilan Al-Qur`an dianggap unik, karena berupa prosa berirama, puisi
epik, dan simfoni dalam keterpaduan teks yang indah. Isi Al-Qur`an juga
dianggap unik, berupa paduan filsafat semesta, catatan sejarah,
peringatan-peringatan dan hiburan, dasar-dasar hukum, serta doa-doa.
Bagi umat Islam, tidak disyariatkan untuk mempelajari isi Taurat,
Zabur, dan Injil yang ada saat ini, karena menurut ajaran Islam,
dianggap telah mengandung berbagai tafsiran yang tidak benar[4]
dan karena isi kesemua kitab yang masih diperlukan, telah dimasukkan ke
dalam kitab Al-Qur`an. Namun tidak diperlukan juga upaya untuk
menyerang atau menyalah-nyalahkan isi Taurat, Zabur, atau Injil, karena
terdapat ayat-ayat Allah di dalamnya.
Penjelasan di dalam al-Qur`an
Dalam firman Allah ayat Al Imraan 3 ayat 4:
“ | Sebelum (Al Quran), menjadi petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan Al Furqaan.[5] Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah akan memperoleh siksa yang berat; dan Allah Maha Perkasa lagi mempunyai balasan (siksa). | ” |
—(Al Imran 3:4)
|
Kemudian An Nissa 4 ayat 136 dan 163:
“ | Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. | ” |
—(An Nissa 4:136)
|
“ | Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma'il, Ishak, Ya'qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud. | ” |
—(An Nissa 4:163)
|
Semua kitab turun pada bulan Ramadan
Menurut sumber berdasarkan hadits shahih dari Imam Ahmad, kesemua kitab-kitab suci tersebut turun pada bulan Ramadan,
shuhuf Ibrahim turun pada awal malam pertama bulan Ramadan, Taurat
turun pada hari keenam bulan Ramadan dan Injil pada hari ketiga belas
dari Ramadan.[6] Al-Qur’an diturunkan pada bulan Ramadan berdasarkan pada salah satu surah di dalam Al Qur'an yang berbunyi,
“ | Bulan Ramadan yang diturunkan di dalamnya Al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan atas petunjuk itu, serta pemisah antara haq dan batil. | ” |
—(Al Baqarah 2:185)
|
Ibnu Katsir
mengatakan bahwa Allah menyanjung bulan Ramadan diatas bulan-bulan yang
lain, yaitu dengan memilihnya sebagai bulan dimana kesemua kitab-kitab
suci diturunkan di dalamnya.
Janji Allah terhadap orang beriman
Menurut keyakinan ajaran Islam, Allah akan melimpahkan rahmat-Nya
dari langit dengan menurunkan hujan dan menimbulkan rahmat-Nya dari bumi
dengan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan yang buahnya melimpah ruah, kepada
orang yang jujur, lurus dan tidak menyimpang dari kebenaran. Sebagai
contoh dalam ayat:
“ | Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat dan Injil dan (Al Quran) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas dan dari bawah kaki mereka. Di antara mereka ada golongan yang pertengahan. Dan alangkah buruknya apa yang dikerjakan oleh kebanyakan mereka. | ” |
—(Al Maidah 66:5)
|
Hubungan Al-Qur'an dengan kitab terdahulu
Semua muslim meyakini bahwa adanya wahyu progresif, bahwa wahyu Tuhan
berkembang dengan seiring berjalannya waktu dan perbedaan kelompok dari
masyarakat. Didalam Al Quran membenarkan tentang adanya larangan
bekerja di hari Sabbath dalam Taurat, tetapi Al Quran membolehkan bekerja dan mengesampingkan hal tersebut.
Pada awal tahun kenabian Muhammad, sebuah wahyu diberitakan kepadanya,
“ | Katakanlah: Hai Ahli Kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikitpun hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil, dan Al Quran yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu... | ” |
—(Al Maidah 5:68)
|
Kalimat ini diyakini oleh pemeluk agama Islam bahwa konversi agama
lama menjadi agama Islam akan dimulai dengan segala ketulusan hati
mengikuti firman dari kita-kitab suci sebelum Al Quran.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa Iman kepada kitab-kitab allah berarti
mempercayai dan menyakini dengan sepenuh hati bahwa allah swt menurunkan
kitab kepada rasulnya sebagai pedoman hidup yang di turunkan melalui
malaikat jibril kepada para rasulnya untuk pedoman hidup manusia. Iman
kepada kitab-kitab allah merupakan salah satu dasar atau pondasi bagi
orang islam karena ia termasuk dalam rukun iman yang ketiga.
Pengertian Cara Mengimani Kitab-Kitab Allah
Pengertian cara iman kepada kitab-kitab allah
berarti kita harus mempercayai dan mengamalkan segala sesuatu yang
terkandung di dalam kitab tersebut. Kitab allah adalah kumpulan firman
allah yang di tuliskan. Kitab allah di turunkan kepada para rasul dengan
perantaraan malaikat jibril untuk di sampaikan kepada umat manusia.
Pada awalnya kumpulan firman allah swt belum tertulis, kemudian para
sahabat menulisnya pada lempengan batu, kulit dan tulang.
Dalam alquran di sebutkan bahwa terdapat
empat buah kitab allah, yaitu zabur, yang di turunkan kepada nabi daud
as, taurat kepada nabi musa as, injil kepada nabi isa as, dan alquran
kepada nabi muhammad saw. Oleh karena itu kita harus beriman kepada
kitab-kitab allah tersebut.
Percaya kepada wahyu yang di turunkan
allah, berarti tidak hanya percaya kepada al-quran, tetapi juga percaya
kepada segala wahyu yang di turunkan allah dalam semua masa, serta yang
diturunkan kepada tiap-tiap umat.
Sebagai seorang muslim, kita harus
percaya dan yakin dengan kitab-kitab yang telah di turunkan allah swt.
Karena jika kita tidak percaya kepada kitab allah atau hanya percaya
kepada satu kitab allah saja maka keimanan kita batal. Iman kepada kitab
kitab allah swt, meliputi tiga pokok perkara, yaitu sebagai berikut.
- Menyakini bahwa allah swt. Memiliki beberapa kitab suci yang di wahyukan kepada rasulnya untuk di jadikan pedoman hidup manusia.
- Menyakini kebenaran yang ada di dalamnya secara mutlak tanpa kergu-raguan sedikitpun.
- Mengamalkan ajaran-ajaran yang ada di dalamnya dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai individu, anggota keluarga, maupun anggauta masyarakat.
Dan alquran adalah kitab yang terahir
yang di turunkan allah swt dan kepada kitab-kitab yang terdahulu kita
hanya menyakininya maka ada perbedaan cara kita beriman antara alquran
dan kitab-kitab terdahulu.
Pengertian Iman Kepada Kitab Allah Dan Perbedaanya
Pengertian perbedaan beriman kepada kitab-kitab suci allah sebelum alquran dengan kitab suci alquran ialah sebagai berikut.
- Beriman kepada kitab suci sebelum alquran cukup menyakini adanya kitab suci tersebut dan tidak wajib mengamalkan petunjuk-petunjuk yang ada di dalamnya.
- Beriman kepada kitab suci alquran dengan menyakini keberadaanya, menyakini kebenaran petunjuknya , dan mengamalkan petunjuk-petunjuk tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Allah berfirman sebagai berikut :
Artinya : dan mereka yang beriman kepada
( alquran ) yang di turunkan kepadamu ( Muhammad ) dan ( kitab-kitab
)yang telah di turunkan sebelum engkau , dan mereka yakin akan adanya
akhirat. ( QS. Al-Baqarah : 4 )
Kedudukan Kitab – Kitab Allah SWT antara lain :
1. Sebagai pedoman manusia dalam hubungan dengan Allah SWT. Manusia sebagai pengemban risalah, wajib
beriman kepada kitab – kitab Allah SWT dan memahaminya, karena kitab
suci Al – Qur’an adalah kitab suci yang memuat ajaran – ajaran yang
tercantum dSalam Zabur, Taurat dan Injil yang asli sekaligus yang
menyempurnakan isi kitab – kitab yang terdahulu tersebut.
2. Sebagai pedoman hidup manusia dalam hubungan dengan diri sendiri. Dengan memahami keberadaan dirinya
sebagai mahluk Allah SWT, maka manusia sadar tentang fungsi dan tugasnya
dalam kehidupannya di dunia ini.
3. Sebagai pedoman hidup manusia dalam hubungan dengan sesama manusia. Tidak dapat dipungkiri lagi, bahwa setiap
manusia didunia ini membutuhkan orang lain sebagai mitra dalam
hidupnya, karena tidak seorang pun dapat hidup tanpa bantuan orang lain
(QS. Az-Zukhruf (43):32).
4. Sebagai pedoman hidup manusia dalam hubungan dengan alam dan lingkungannya. Dalam memanfaatkan alam ini, manusia
tidak dapat terlepas dari peraturan – peraturan Allah SWT yang berlaku
di alam semesta ( Sunnatullah ), tetapi pemanfaatan tersebut mesti
disesuaikan dengannya, agar dapat menjadi rahmat bagi kehidupan manusia
sesuai dengan ke-universalan ajaran kitab Allah SWT. Sebagaimana yang
dijelaskan dalam (QS. Al-Anbiya (21):107)
Di antara bentuk rahmat dan kasih sayang Allah subhanahu wa ta’ala kepada
para hamba-Nya adalah Dia mengutus para rasul untuk membimbing manusia
kepada jalan yang lurus dan menurunkan kitab-kitab-Nya yang di dalamnya
berisi cahaya dan hidayah. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
كَانَ النَّاسُ أُمَّةً
وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ
وَأَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ
فِيمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ
“Manusia itu adalah umat yang satu,
(setelah timbul perselisihan) maka Allah mengutus para nabi, sebagai
pemberi berita gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan
bersama mereka kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara
manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan.” (Al-Baqarah: 213)
Di antara ciri orang beriman sekaligus syarat kesempurnaan imannya adalah beriman kepada kitab-kitab Allah subhanahu wa ta’ala. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman (yang artinya):
“Katakanlah (wahai orang-orang
mukmin): “Kami beriman kepada Allah dan kitab yang diturunkan kepada
kami, dan kitab yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub
dan anak cucunya, dan kitab yang diberikan kepada Musa dan Isa serta
kitab yang diberikan kepada nabi-nabi dari Rabb mereka. Kami tidak
membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh
kepada-Nya.” (Al-Baqarah: 136)
Ayat di atas menunjukkan kewajiban
beriman kepada para nabi dan rasul, dan beriman kepada kitab-kitab yang
diturunkan kepada mereka.
Beriman kepada kitab-kitab Allah subhanahu wa ta’ala merupakan salah satu rukun iman. Yakni meyakini dengan keyakinan yang kuat bahwa Allah subhanahu wa ta’ala memiliki
kitab-kitab yang Dia turunkan kepada para rasul yang dikehendaki-Nya,
Dia turunkan dengan kebenaran yang nyata dan petunjuk yang terang.
Kitab-kitab tersebut adalah Kalamullah (Firman/ Perkataan Allah) bukan makhluk. Maka wajib beriman secara global kepada semua kitab-kitab Allah subhanahu wa ta’ala, dan wajib beriman secara rinci kepada kitab-kitab yang disebutkan namanya secara rinci.
Beriman kepada Kitab-kitab Allah subhanahu wa ta’ala mencakup beberapa hal berikut:
1. Mengimani bahwa kitab-kitab tersebut benar-benar turun dari sisi Allah subhanahu wa ta’ala.
2. Beriman terhadap kitab yang kita ketahui nama-namanya. kita mengimaninya sesuai dengan namanya, seperti beriman bahwa Allah subhanahu wa ta’ala telah menurunkan kitab Al-Qur`an. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Bulan Ramadhan, bulan yang di
dalamnya diturunkan Al-Qur`an sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak
dan yang bathil).” (Al-Baqarah: 185)
Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan Taurat kepada Nabi Musa ‘alaihis salaam, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab Taurat di dalamnya (terdapat) petunjuk dan cahaya (yang menerangi).” (Al-Ma`idah: 44)
Allah subhanahu wa ta’ala juga menurunkan Injil kepada Nabi ‘Isa ‘alaihis salaam:
“Dan Kami iringkan jejak mereka (para
nabi Bani Israil) dengan Isa putra Maryam, membenarkan kitab yang
sebelumnya, yaitu Taurat, dan Kami telah memberikan kepadanya kitab
Injil sedang di dalamnya (terdapat) petunjuk dan cahaya (yang
menerangi).” (Al-Ma`idah: 46)
Demikian juga Zabur, Allah subhanahu wa ta’ala turunkan kepada Nabi Dawud ‘alaihis salaam:
“Dan Kami berikan Zabur kepada Dawud.” (Al-Isra`: 55)
Allah subhanahu wa ta’ala juga memberitakan tentang Shuhuf Ibrahim dan Shuhuf Musa dalam firman-Nya:
“Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam Kitab-Kitab yang dahulu, (yaitu) Shuhuf Ibrahim dan Musa.” (Al-A’la: 18-19)
3. Membenarkan berita-berita yang
terdapat dalam kitab-kitab tersebut. Seperti berita-berita dalam
Al-Qur`an, dan berita-berita dalam kitab-kitab sebelumnya yang belum
mengalami perubahan atau penyimpangan.
4. Mengamalkan hukum-hukum dalam kitab-kitab tersebut selama tidak dihapus (mansukh),
dengan penuh ridha dan penerimaan, baik kita memahami hikmah di balik
hukum-hukum tersebut ataukah tidak. Adapun kitab-kitab terdahulu maka
semuanya telah dihapus dengan kitab Al-Qur`anul Karim. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Dan Kami telah turunkan kepadamu
Al-Qur`an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya,
yaitu Kitab-Kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan sebagai muhaimin terhadap Kitab-Kitab yang lain itu.” (Al-Ma`idah: 48)
Muhaimin yakni sebagai hakim
terhadap kitab-kitab terdahulu. Atas dasar itu tidak boleh mengamalkan
hukum apapun yang terdapat dalam kitab-kitab terdahulu kecuali jika
dibenarkan dalam Al-Qur`an.
Al-Qur`anul Karim kitab paling mulia
Al-Qur`anul Karim adalah kitab termulia,
diturunkan kepada Nabi paling utama, dengan membawa syari’at paling
mulia. Al-Qur`an merupakan kitab terakhir, membenarkan kitab-kitab
terdahulu sekaligus menyempurnakan syari’at-syari’at sebelumnya. Kitab
inilah yang umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam seluruhnya
diwajibkan untuk mengikuti syari’at-syari’atnya dan berhukum dengannya,
bersama dengan As-Sunnah yang juga merupakan wahyu yang Allah subhanahu wa ta’ala turunkan kepada Nabi-Nya di samping Al-Qur`an.
“Dan (juga karena) Allah telah menurunkan Al-Kitab dan Al-Hikmah kepadamu.” (An-Nisa`: 113)
Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan Al-Qur`an kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam agar
dijadikan pedoman hukum, sekaligus sebagai obat penyakit yang ada di
dada, penjelasan segala sesuatu, hidayah, dan rahmat bagi kaum mukminin.
Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan Al-Qur`an agar manusia membacanya dengan penuh tadabbur (memperhatikan), mengikutinya, dan mengamalkan kandungannya. Sebagaimana firman-Nya l:
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami
turunkan kepadamu penuh dengan berkah, supaya mereka mentadabburi
ayat-ayat-Nya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai
fikiran.” (Shad: 29)
“Dan Al-Qur`an itu adalah kitab yang
Kami turunkan yang penuh berkah, maka ikutilah dia dan bertaqwalah agar
kalian diberi rahmat.” (Al-An’am: 155)
Maka barang siapa membaca Kitabullah dengan penuh tadabbur, mengikutinya, dan mengamalkan kandungannya berarti benar-benar telah beriman dengan kitab tersebut. Sebagaimana pujian Allah subhanahu wa ta’ala dalam firman-Nya:
“Orang-orang yang telah Kami berikan
Al-Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan penuh tadabbur (sehingga
mengikutinya dengan sebenarnya), mereka itu orang-orang yang beriman
kepadanya, dan barang siapa yang ingkar kepadanya, maka mereka itulah
orang-orang yang merugi.” (Al-Baqarah: 121)
Mereka adalah orang-orang yang
menghalalkan apa yang dinyatakan halal dalam Kitabullah, mengharamkan
apa yang dinyatakan haram dalam Kitabullah, mengamalkan ayat-ayat yang muhkam (yang jelas), mengimani ayat-ayat yang mutasyabih (yang butuh penjelasan), mereka adalah orang-orang yang berbahagia, yang mengerti nikmat Allah subhanahu wa ta’ala yang sangat besar ini dan bisa mensyukurinya.
Kitab Taurat dan Injil yang ada di tangan
orang-orang Yahudi dan orang-orang Kristen tidak diragukan lagi adalah
kitab-kitab yang tidak sah penisbatannya kepada Nabi Musa dan kepada
Nabi ‘Isa w. Sehingga tidak bisa dikatakan bahwa kitab Taurat yang ada
di tangan Yahudi adalah Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa ‘alaihis salaam,
tidak pula bisa dikatakan bahwa kitab Injil yang ada di tangan Kristen
adalah Injil yang diturunkan kepada Nabi ‘Isa q. Sehingga kedua kitab
tersebut yang ada di tangan Yahudi dan Kristen bukanlah Taurat dan Injil
yang kita diperintah untuk mengimaninya secara rinci.
Hal itu disebabkan telah terjadi
penyelewengan, pemalsuan, dan perubahan yang dilakukan oleh
tangan-tangan lancang orang-orang Yahudi dan Kristen terhadap kitabnya
masing-masing. Hal ini sebagaimana Allah subhanahu wa ta’ala terangkan
dalam Al-Qur`an, di antaranya pada surah Al-Baqarah: 75, al-Ma`idah:
13-15, dan lainnya. Di samping penegasan Al-Qur`an, terdapat bukti-bukti
yang menunjukkan bahwa Taurat dan Injil yang ada tidak sah dinisbahkan
sebagai kitab-kitab Allah subhanahu wa ta’ala, antara lain:
1. Taurat dan Injil yang sekarang ada di tangan Yahudi dan Kristen bukan naskah aslinya, namun terjemahannya.
2. Dalam naskah Taurat dan Injil yang ada tersebut telah tercampur antara Firman Allah subhanahu wa ta’ala dengan perkataan manusia.
3. Baik Taurat maupun Injil yang ada
tersebut dibukukan setelah wafatnya Nabi Musa dan Nabi ‘Isa w dengan
terpaut waktu yang sangat lama. Sementara tidak ada rantai periwayatan
terpercaya antara zaman penulisan hingga Nabi Musa maupun Nabi ‘Isa.
Semakin menguatkan hal ini, Injil muncul dalam beberapa naskah, ada
Injil Matius, Injil Yohanes, dll.
4. Terdapat pertentangan antara naskah-naskah Taurat dan Injil yang ada.
5. Dalam Taurat dan Injil yang ada di
tangan Yahudi dan Kristen tersebut ternyata berisi aqidah-aqidah yang
batil dan sesat, berita-berita dusta, dan hikayat-hikayat yang tidak
bisa dipertanggungjawabkan.
Maka kewajiban kaum mukminin meyakini,
bahwa Taurat dan Injil yang ada di tangan Yahudi dan Kristen tersebut
bukanlah kitab yang diturunkan oleh Allah kepada Rasul-Nya, namun itu
adalah hasil penyimpangan Yahudi dan Kristen terhadap kitabnya. Maka
kita tidak membenarkannya sama sekali kecuali apa yang telah dibenarkan
oleh Al-Qur`anul Karim atau oleh As-Sunnah yang mulia. Dan kita dustakan
apa yang telah didustakan oleh Al-Qur`anul Karim atau As-Sunnah yang
mulia. Adapun yang tidak ada keterangan Al-Qur`an maupun As-Sunnah
tentangnya maka kita tidak membenarkan tidak pula mendustakannya.
Wallahu a’lam bish shawab.
Sumber: Internet (uknown)
0 komentar:
Posting Komentar